Pada tahun 2005, Ibu saya divonis tidak mampu berjalan dengan normal selamanya akibat malpraktek dari salah satu pengobatan alternatif non-medis di Pandeglang, Banten.

Tidak sampai situ, Ayah saya pun selalu memilih pengobatan alternatif untuk mengobati penyakit diabetesnya. Diagnosa yang asal-asalan dan kurangnya kemampuan mengobati, membuat penanganan yang ayah saya terima sesat.

hal ini membuat seluruh pengobatan yang kami lakukan kalah cepat dengan penyakit yang menggerogoti tubuh ayah saya, alhasil tepat pada Juli 2021 Ayah saya berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian giliran saya tertimpa saraf kejepit akibat menopang beban berlebih, sudah mendarah daging membuat pengobatan alternatif merupakan pilihan utama bagi saya.

Saya mendatangi seorang abah yang terkenal dengan kemampuan urutnya yang bisa mengobati banyak penyakit.

Ketika saya duduk dan menceritak keluhan saya, abah hanya tersenyum sambil berkata bahwa ini sudah biasa dan mudah bagi beliau untuk membalikan keadaan.

Setelah berkali-kali saya terapi, bukannya sembuh yang saya dapatkan hanya uang saya habis dan waktu terbuang sia-sia.

Semenjak saat itu saya bertekad jika Tuhan mengizinkan saya sembuh, saya akan berjuang melawan narasi kebohongan pengobatan abal-abal dengan cara membuka jalur kesehatan tanpa risiko untuk seluruh lapisan masyarakat.